Ada sebuah teks, ada yang mengatakan itu adalah Hadist, ada yang mengatakan itu adalah maqalah, yang pasti keluar dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw yang berbunyi (saya kutib inti-nya); “Kalau hari ini kalian lebih jelek daripada hari kemarin maka kalian celaka, kalau kalian hari ini sama dengan hari kemarin maka kalian adalah rugi, sedangkan kalau kalian hari ini lebih baik dengan hari kemarin, maka kalian adalah beruntung”.
Disini ada kata-kata atau teks lebih jelek, kurang dari (dalam matematika, itu disimbolkan dengan ‘<’). Disitu juga dikatakan sama-dengan (simbolnya ‘=’). Dan ada kata lebih baik, lebih dari (simbolnya adalah ‘>’). Teks atau kata ‘<’, ‘=’ dan ‘>’, adalah perbadingan sederhana yang ada dalam seluruh ilmu-matematika. Semua perbandingan itu terangkum dengan tiga hal diatas.
Tetapi sayang….dan ini yang ingin saya katakan dalam tulisan ini adalah….kita semua tahu, bahkan hafal dengan teks hadis diatas….pertanyaannya; Apakah kita punya tool (alat) untuk mengukur itu? Apakah kita memiliki methode baik yang canggih atau sederhana, sehingga kita bisa secara sederhana mengukur progress-report (laporan kemajuan kita).
Inilah mungkin sedikit perbedaan antara barat dan Islam (ada BARAT-I yang ISLAM-I dan ada ISLAMI-I yang BARAT-I…………he..he….he…..).
Diri kita adalah mikrokosmos sementara alam semesta adalah makro-kosmos. Artinya apapun yang ada di alam ini, maka miniaturnya, maketnya, contoh sederhana-nya ada pada diri kita (mikrokosmis). Bahkan termasuk ilmu-politik dan pemerintahan.
Ibn Arabi, pernah menulis dalam buku “Divine Governance of the Human Kingdom” (1997). Dimana disana dijelaskan, bagaimana akal, otak, hati, dan seluruh jajaran tubuh, dengan nafsu dan syaitan dengan semacam pemerintahan. Ada mentri, perdana mentri, presiden, TNI, dst. Buku yang menarik….hadiah dari seorang teman (thanks sobat).
Saya sendiri belajar bagaimana Tool itu untuk diri dan pendidikan, dari Stephen Covey (Almarhum). Dalam pendidikan, lembaga pendidikan, pernahkah kita mengukur progress report anak-anak kita? Membuat dan mensepakati alat atau cara dalam penghitungan-penghitungan itu? Sehingga seluruh civitas akademika tahu, bagaimana ukuran itu serta mampu mengukur kemajuan-kemajuan dalam hubungannya dengan ke-GURU-annya, bahkan bila mungkin membandingkannya dengan orang lain?
Dalam hubungan dengan sekolah, maka siswa yang bulan ini mendapatkan point 7, sementara bulan kemarin mendapatkan nilai 7 (Bulan ini, 7 = bulan kemarin 7). Dan anak yang bulan ini mendapatkan point 6,5 dan kemarin 6 (Bulan ini 6,5 > bulan Kemarin, 6). Maka ; secara angka-angka, 7 lebih besar (symbol ‘>’) dibandingkan angka 6,5. Tetapi progress report (laporan kemajuan-nya), 6,5 lebih baik daripada 7. Disini reward (hadiah, apresiasi, mestinya dilakukan dengan tolok ukur ini…..).
Dalam teks Sayyidina Ali kw itu, juga mengindikasikan ada evaluasi proses. Dimana manusia-manusia sukses itu, mereka itu tidak hanya mampu mengalahkan teman-temannya, mengalahkan satu sekolah atau kelasnya. Tetapi itu, PLUS mampu mengalahkan dirinya sendiri (dan itu lebih penting).
Dalam evaluasi ini ada keadilan, ada kemajuan bersama-sama, juga rasa syukur. Sebab kita tidak mesti melihat, membandingkan dengan yang lain (yang itu seringkali menjadikan kita tidak pernah bersyukur). Tanpa menjadikan kita mesti selalu puas. Sukses adalah MENCAPAI APA YANG KITA INGINKAN. Lalu bagaimana kita mengukur, kita ini sudah ‘sukses’ atau tidak, bila apa yang kita inginkan, tidak terukur dengan jelas dan ‘pasti’. Dalam manajemen ada istilah SMART (apa yang kita inginkan, ingin kita raih mesti; S-pesific = jelas, pasti, rinci. M-easurable = Terukur, bisa dibandingkan, dievaluasi dengan jelas. A-chievable = Dapat diraih, bukan hayal, intinya tidak terlalu sulit tetapi juga bukan mudah. R-eleveant, berhubungan dengan kita, sekolah misalnya. T-imed = kapan itu waktunya, kapan diraihnya, 1 bulan, 1 tahun, 3 tahun atau bahkan harian).
Tanpa itu semua kita akan sulit mengetahui, apakah kita sudah mendekati apa yang ingin kita raih (sukses), sangat dekat, ada api dalam sekam atau malah menjauhinya.
Jangan sampai kita terkena teks-teks ini : Kalian menganggap diri kalian itu sudah melakukan perbuatan-perbuatan baik (perbaikan-perbaikan), padahal itu hanyalah khayalan kalian, yang sebenarnya kalian melakukan hal-hal keburukan (dan kerusakan).
Semoga kita tidak termasuk didalamnya, Semoga bermanfaat.
Muhammad Alwi, S.Psi, MM