
Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi dan Genocide Rohingya
Sekarang lagi ramai-ramai save-rohingya. Sesama muslim adalah saudara mamang itu adalah salah satu semangatnya. Tetapi yang mesti diperhatikan adalah “Proporsional” kah kita? Menyikapi sesuatu dengan rasa-rasio? Sebab bila itu terabaikan…maka isu itu dapat tergiring kemana-mana yang tidak jelas.
Bukti Ketidakjelasan itu adalah:
1. Banyak dan banyak sekali berita/gambar hoax yang berseliweran. Apakah boleh menyemangati dengan kebohongan? Dan kita, karena rasa yang tersentuh, otak limbik dan reptile kita yang tersentuh…..maka sikap proporsional dan kritis hilang. Sehingga mudah share dan share dengan bumbu-bumbu lainnya.
2. Kasus Rohingya dijadikan alat mengkritik pemerintah dan kedutaan serta lainnya. Padahal apa hubungannya dengan Indonesia? Indonesia perlu mengambil langkah, bantuan, itu benar….tapi apakah itu dengan seenaknya? Dengan hal dan lain hal tanpa mengindahkan politik dalam negeri, diplomatik, strategi diplomasi luar-negeri dll.
Jangan sampai ingin membantu yang lain, menimbulkan problema lain di dalam negeri sendiri.
Baca juga : KOMODITI ITU BERNAMA ROHINGYA (Haram berwisata ke Candi Borobudur).
3. Kejadian Rohingya dijadikan alat intoleransi terhadap sesuatu yang sudah sedemikian rupa tercabik di Indonesia dan sedang sedemikian rupa diupayakan oleh elemen-elemen bangsa ini?
4. Kejadian Rohingya, digunakan untuk memperkuat, menghajar kelompok lain, rekruitmen dan pencarian dana dari kelompok-kelompok “tidak jelas”. Seperti sudah dilakukan dulu-dulu dalam kasus Syuria dan Afghanistan dahulu?
Walaupun tidak semua kelompok tidak jelas, tetapi perlu kritis dan proporsional.
5. Apakah disana itu kasus Ekonomi, Politik, Intoleransi, Pengusiran Etnis atau Agama? Mana yang jelas?
Mengapa perlu saya sampaikan seperti ini? Sebab sudah sangat jelas, bagaimana sentuhan emosional dilakukan, lalu dibumbuhi dengan sentimen agamis, intoleransi, dramatisasi dst.
Kita ingat bahwa : Bila DIAGNOSA sebuah masalah SALAH, terlalu kuat/lemah, maka DOSIS yang digunakan tidak tepat….akhirnya bukan menyembuhkan tetapi bisa MEMBAHAYAKAN diri dan kelompok lain serta dokternya sendiri.
Baca juga : NEGARA DAN KEYAKINAN BERAGAMA
Disinilah Pray to Rohingya, Save to Rohingya harus disertai dengan edukasi, duduk-masalah serta tidak dominan menggunakan sentuhan-sentuhan emosional (limbik dan reptile) dan mengkerdilkan sertan menonaktifkan newcortek (akal berfikir sehat).
Edisi : #MerawatAkal