
Basudewa Krisna dalam Perang Bharatayudha
Dalam hidup kita sebagai orang tua memiliki banyak harapan pada anak-anak kita, walaupun Khalil Gibran mengatakan “Anakmu bukanlah Anak-mu”. Salah satu hal yang pasti dilakukan oleh orang tua adalah selalu mencoba mengisi kehidupan anak-anak itu dengan kebahagiaan. Itu adalah kewajiban utama bagi semua orang tua.
Anak yang kita hadirkan dalam dunia ini dan tindakan mereka sebenarnya akan memberi kita dan menunjukkan sebuah identitas diri kita sendiri di dalam dunia ini. Dengan kata lain anak-anak kita adalah cerminan diri kita.
Hal apa lagi yang lebih bernilai didunia ini dari pada memikirkan masa depan mereka?
Tetapi, kebahagiaan dan keamanan serta jaminan hidup, bukanlah hal yang telah dicapai bagi seorang manusia? Baik atau buruknya nilai yang telah ditanamkan oleh para orang tua, memadai atau tidak memadainya pelajaran yang diajarkan oleh mereka, itu adalah nilai-nilai dasar dari semua amal perbuatan? Kedepan bagi sang anak dan nilai-nilai tersendiri bagi para orang tua.
Idealisme dan pembelajaran akan mengembangkan karakter seorang manusia, lni berarti, cara para orang tua mengembangkan karakter anak anaknya. Haruslah sama untuk masa depannya dan itu mirip seperti yang telah mereka ajarkan.
Kebanyakan orang tua yang ingin bisa menjamin masa depan anak-anak mereka, lupa untuk meningkatkan dan mengembangkan karakter mereka. Para orang tua yang terlalu khawatir tentang masa depan anak-anak mereka, mereka tidak pernah mendapat manfaat dari hal itu.
Tapi para orang tua yang tidak mengkhawartirkan tentang masa depan anak anak mereka, Tetapi lebih memperhatikan tentang mengembangkan karakter anak anak mereka, seluruh dunia akan memuji anak anak seperti itu.
Dalam duia pendidikan sebenarnya itu secara teknis terurai dalam kata “Sukses dan Bahagia:, atau Karakter dan Kompetensi. Mencapai sukses (achievable) maka sibuk dengan mengembangkan hal-hal yang berbau, “apa kerjanya nanti”, kompetensi apa yang layak dan mesti dimiliki untuk abad 21, kemampuan IT dan lain sebagainya. Sementara Bahagia atau mengembangkan Karakter, mengacu dan sibuk mengembangkan hal-hal seperti ; disiplin diri, tenggang rasa, tanggung jawab, percaya diri dan lain-lain.
Bila disiplin diri, rasa tanggungjawab, ketahanbantingan (resillience), motivasi, kerjasama, berbagi dan hal lainnya sudah tertanam dalam diri anak-anak kita, maka meraih kopetensi Matematika, Sain,
Baca : https://pendidikanpositif.com/2018/11/18/seri-tulisan-pendidikan-positif-1/
https://pendidikanpositif.com/2018/11/18/%EF%BB%BFseri-tulisan-pendidikan-positif-2/
https://pendidikanpositif.com/2018/11/19/seri-tulisan-pendidikan-positif-3/
Muhammad Alwi, S.Psi, MM. Guru, Mantan Kepala Sekolah, Konsultan Pendidikan, Penggiat Pendidikan Positif. Peminat studi Filsafat, Agama, Psikologi dan Pendidikan. Penulis buka, “Belajar Menjadi Bahagia dan Sukses Sejati (Elexmedia, Kompas-Gramedia, 2011), “Anak Sukses dan Bahagia dengan Pendidikan Positif” (NouraBook, 2014).