Orang tua akan selalu mendoakan kebaikan untuk anaknya. Mereka khawatir akan masa depan anak-anaknya. Karena itu orang tua selalu berusaha memutuskan apa yang mesti ditempuh, masa depan anak-anaknya, daripada mereka jalan sendiri. Lihat Masa Depan dan Pengembangan Karakter (K-Mh : 2)
Orang tua tahu jalan-jalan dirinya dulu, jalan berlubang, dimana tempat yang kering, berteduh dan lainnya. Termasuk yang gelap, berliku-liku dan terang dan lurus. Dalam anggapan mereka, para orang tua….Itulah jalan yang seharusnya ditempuh oleh anaknya juga. Inilah keinginan setiap orang tua, dan itu sesungguhnya adalah mulia.
Tetapi pernahkah kita bertanya akan hal-hal ini? Pertanyaan pertama : Bukankah setiap jalan berubah seiring waktu? Bukankah waktu selalu membawa tantangan-tantangan baru dan tersendiri? Jadi, bagaimana bisa pengalaman dari waktu yang berlalu bermanfaat buat generasi baru?
Pertanyaan kedua : Apakah setiap anak adalah gambaran orangtuanya? Jawabnya ‘Ya’. Moralitas selalu diajarkan kepada anak-anak oleh orangtua mereka (walaupun juga masyarakat). Tetapi, kemampuan dalam diri, Itu adalah sesuatu yang diberikan oleh Tuhan (dengan berbagai seluk-beluknya). Jadi apakah kita percaya jalan dimana sang-orang tua menemukan kesuksesan adalah jalan dimana sang anak akan menemukan sukses dan kebahagiaan juga?
Pertanyaan ketiga : Tidakkah tantangan dan pertentangan hidup itu bermanfaat? Tidakkah setiap pertanyaan baru membuka gerbang ke jawaban baru? Jadi, apakah tindakan merampas hak anak dari pertanyaan baru, pertentangan dan tantangan bermanfaat buat mereka atau membahayakan mereka?
Oleh karena itu, yang terbaik adalah membangun karakter seorang anak ketimbang membangun masa depanny. Daripada memutuskan jalan dalam kehidupan seorang anak bukankah lebih baik memberdayakan mereka untuk menghadapi masalah baru dengan percaya diri dan pengetahuan dengan itu akan lebih bermanfaat?
Bagaimana Menurut Anda?