Pendidikan adalah upaya menjadikan manusia sukses sekaligus bahagia. Maka untuk mempermudah meraihnya, lalkukan yang merupakan kekhasan diri anda, fokus ditempatnya, maknai serta hubungkan dengan entitas yang lebih besar, apapun hasilnya.
Pendidikan selalu mengandaikan Filsafat Manusia atau pandangan dunia bagaimana manusia itu, bagaimana proses dan apa tujuan tujuan hidupnya. Psiko-Filosofis Manusia secara umum terdiri dari Tiga hal yaitu; 1) Manusia adalah Hewan Rasional, 2) Manusia adalah Makhluk sosial, 3) Manusia adalah Mahluk Pencari Makna, Makhluk Religious dst.
Dari 3 hal diatas, maka akan ada 3 sentuhan dalam pendidikan, sesuai dengan ke-diri-an manusia itu, yaitu : 1) Hewan Rasional. Yang menganggap manusia itu adalah hewan rasional, maka sentuhan dalam pendidikan dan pengajarannya adalah pembiasaan (behaviorisme ketat), sisi hewaniahnya yang disentuh, walaupun juga ada sentuhan kesadaran rasional (Kognitivisme dan Kontruktivisme) juga disana. Baca juga : Apa yang Salah dengan Pendidikan Kita? 2) Makhluk Sosial. Yang menganggap manusia itu adalah makhluk sosial, maka sentuhannya adalah belajar sosial (Vygotsky), Kooperative learning, juga kontektual (Contextual Teaching and Learning). 3) Makhluk Religius. Bagi yang menganggap manusia adalah makhluk pencari makna, makhluk beragama, maka sentuhannya dalam pendidikan dan pengajaran adalah pendidikan moral, karakter, pencarian makna dan kebahagiaan, juga religiositas.
Ketiga tahap ini seringkali dalam dunia pendidikan kita bobotnya berbeda-beda, penekanan juga dominasinya. Karenanya pendidikan kecendrungan mengikuti tren, mengikuti hingar-bingar globalisasi dan industrialisasi serta informasi yang ada.
Tahapan-tahapan dan generasi dalam Sekolah dan Pendidikan Kita.
Tahap 1. Sekolah tahap ini adalah sekolah dengan dominasi pendidikan hafalan, pemberian ilmu pengetahuan skolastik dst. Sekolah yang ada saat ini dominan masih sekolah tahap 1.
Tahap 2. Sekolah tahap ini adalah sekolah yang sudah meningkat, dimana disamping mengajarkan kemampuan tingkat pertama (hafalan dan tranfer ilmu/informasi), sekolah ini mnambah dengan tahap ke dua yaitu hal-hal yang berhubungan dengan psikologi manusia. Disini keluar istilah EQ, Optimisme, belajar sosial, interaksi, penekanan pada pengambilan resiko, interpersonal, melek financial dst.
Kata-kata yang keluar ditahap 2 ini adalah; “Sekolah tidak menjamin hidup yang baik didepannya”. “Kecerdasan IQ yang bagus, memang meramalkan kesuksesan disekolah. tetapi untuk sekses dalam kehidupan, maka sentuhan emosi seperti Keberanian, hubungan sosial, keuletan, ketahan bantingan dst yang diperlukan melebihi IQ”, dst.
Mereka sadar tahap 1 kurang memberikan apa-apa, sehingga perlu sentuhan dan tambahan sesuatu yang perlu disuntikkan dalam pendidikan dan persekolahan. Bandingkan dengan Sekolah Welas Asih (Commpasionate School)
Tahap 3. Sekolah Tahap 3 ini sebenarnya mengikuti gradasi perkembangan psikologi yang ada. Sekolah tahap ke 3 saya katakan sebagai “SEKOLAH POSITIVE”. Sekolah tahap ini, disamping memberikan hal-hal tahap 1 dan 2, mereka berupaya memberikan sentuhan “Manusia Mencari Makna”, dengan sentuhan psikologi Eksistensialisme-Humanisme. Manusia hidup mencari Kebahagiaan dst. Disini Religiositas, SQ diajarkan, disentuh (mulai dari; apa itu tujuan kehidupan, rasa syukur dst).
SEKOLAH POSITIF
Sekolah yang baik bukan sekolah yang hanya mengajarkan KECERDASAN, Kepintaran (tanpa mengabaikannya). Tetapi bagaimana sekolah itu mengajarkan mereka disamping KEPINTARAN. Disana diajarkan ; Emotion (Belajar Emosi Positive yang tidak sama dengan Positive-Thinking), Gratitude (Syukur, Terima Kasih),Strenght Swot-Anaysis Diri, Creativity, Self-efficacy, Resilience (Ketahan-bantingan), Disiplin /Penundaan Kepuasaan, Mindfulness (Kesadaran) dll.
Banyak pembicaraan sekolah-sekolah mestinya seperti ini, tetapi tanpa riset cukup mendalam dan bagaimana implementasinya di sekolah dan diruang kelas.
Prof. Martin Seligman, Senior riset di University of Pennsylvania, diawali dengan dari riset ketat, “Learn Helplessness” (Ketidak berdayaan yang dipelajari), Penemu Positive Psychology, Mantan directur APA (American Psychological Association). Memberikan terobosan terbaru yang banyak menggantikan konsep-konsep sebelumnya yaitu dengan Psikologi Positif dan Sekolah Positif.
SEKOLAH dan PENDIDIKAN POSITIF adalah sebuah wadah yang mengusahakan itu semua (Mengusahakan siswa tidak Hanya SUKSES, PINTAR, tetapi Juga BAHAGIA, mempunyai rasa syukur, karakter, tahan-banting dst), dengan riset mendalam dan teruji.
CONTOH KASUS SEKOLAH POSITIF
Dalam bukunya, Martin Seligman, “Flourish: Visionary New Understanding of Happiness and Well Being“. Sebuah buku yang mengasyikkan, dikatakan bahwa salah satu konsep bagaimana membuat kita Bahagia-Sejahtera adalah dengan ; Engagement (Keterlibatan),
Relationship (Hubungan Positif) disamping, Meaning (Pencarian Makna) dan Accomplishment (Prestasi atau pencapaian).
Kurikulum dan pendidikan model ini mulai banyak dilakukan dan diterapkan didunia, sayang sepertinya dinegara kita belum populer model pendidian seperti ini.
Muhammad Alwi Pendidikan Positif